Aduh, Si Adik Demam...


Demam sebetulnya bukan penyakit,melainkan hanya gejala dari penyakit. Demam atau panas menandakan tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Pada dasarnya demam sendiri justru baik, karena menandakan tubuh sedang melakukan perlawanan. Hanya saja, demam yang tinggi seringkali harus diwaspadai, karena bisa menyebabkan kejang demam pada sebagian bayi atau anak.

Seorang anak disebut sedang mengalami demam bila suhu tubuhnya lebih dari 37,5 derajat Celsius. Sementara ia disebut panas tinggi kalau suhu tubuhnya lebih dari 38,5 derajat Celsius. Demam bisa muncul mendadak tinggi, bisa juga berangsur-angsur panasnya meningkat. Ada beberapa tipe penyakit yang panasnya tinggi terus menerus, ada pula yang panasnya hilang timbul.

Sementara untuk kejang demam, tidak ada patokan muncul di suhu berapa, karena tidak sama pada masing-masing anak. Ada anak yang suhunya sudah 40 derajat Celsius baru kejang, tapi ada juga yang baru mulai naik panas sudah kejang, ada pula yang tidak mengalami kejang demam. Kejang demam sendiri pada umumnya tidak berbahaya. Namun, ia seringkali membuat orangtua panik. Belum lagi anak yang rewel pada saat demam. Yang harus diwaspadai jika kejang demam sering berulang. Karena setiap kali anak mengalami kejang demam, ada sel-sel otak yang rusak. Kalau sering terjadi, tentunya akan mengganggu perkembangan otak.

Orangtua masih boleh lega jika meski demam, anak masih terlihat aktif, dan mau makan-minum. Yang harus diwaspadai adalah jika anak demam tinggi, tidak mau makan-minum, dan terlihat lemas.

Untuk mengatasinya sebaiknya orangtua segera berupaya menurunkan demam anak dengan memberikan obat penurun panas, yang bisa diulang tiap 6-8 jam kemudian. Kalau panas anak tidak tinggi, boleh menunggu 2x24 jam. Kalau belum turun juga, panasnya naik-turun, atau ada kejang demam, sebaiknya segera dibawa ke dokter.

Selain obat penurun panas, bisa dibantu dengan kompres. Caranya longgarkan atau buka baju anak, jangan diselimuti, kemudian kompres dengan air hangat bersuhu sekitar 25 derajat (suam-suam kuku). Seka seluruh tubuh seperti mandi, atau boleh dengan meletakkan kain basah di ketiak, lipatan paha, atau leher kiri-kanan. Kadang-kadang anak tidak betah diberi kompres, jadi lebih baik diseka-seka saja. Hindari mengompres dengan air dingin atau air es, karena anak justru bisa menggigil kedinginan. Anak juga sebaiknya diberi banyak air minum.

Kenali Dulu
- Sediakan selalu obat penurun panas dan obat batuk-pilek di rumah.
- Jika anak diare, berikan oralit dan beri ia minum banyak-banyak.
- Orangtua harus tahu cara penanganan demam yang benar. yang disebut demam adalah jika suhu tubuh di atas 37,5 derajat Celsius. Beri obat penurun panas ketika suhu sudah lebih dari 38 derajat Celsius. Bantu dengan kompres air hangat.
- Tanda-tanda dehidrasi: Anak rewel, lemas, tidak mau makan, tidak mau minum, buang air kecil berkurang. Jangan diberi obat penghenti diare, karena justru bisa berbahaya. Yang penting mengganti cairan tubuh dengan oralit.

Berbagai Risiko Pacaran di Usia Belia



Sebagai remaja, putra atau putri Anda tentu ingin merasakan indahnya masa pacaran. Pada masa itu, yang mereka lihat dan rasakan hanya yang indah-indah saja. Mereka belum mampu mengendalikan perasaannya sehingga ketika ada sesuatu yang tak beres menimpa dirinya, ia tak mau percaya bahwa dirinya telah menjadi korban.

Sebagai orangtua, sebaiknya orangtua lebih banyak berdialog dengan si ABG tentang berbagai resiko pacaran. Anda bisa memberikan peringatan apabila anak mengenal sang pacar dari dunia maya atau yang bukan dari lingkungan pergaulannya sehari-hari. Dengan sering berdialog, baik anak maupun orangtua bisa lebih bijak menanggapi situasi jika mendapati si ABG berada dalam kesulitan.

Kepada anak, berikan penjelasan bahwa inilah yang mungkin akan ia hadapi:
1. Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.

2. Kekerasan fisik
Koalisi Antikekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.

3. Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.

4. Predator internet
Predator internet biasanya orang dewasa yang menampilkan dirinya sebagai remaja di internet dengan mengubah statusnya. Mereka berusaha manarik perhatian remaja pengguna internet. Mereka adalah pelaku seksual yang sering kali menjanjikan hadiah, mengundang remaja ke pesta-pesta supaya target bersedia berhubungan dengannya. Predator internet ini biasanya menggunakan sarana chatting dalam menjaring target. Situs jejaring sosial seperti Facebook menjadi alat ampuh. Pelaku menampilkan diri dengan meyakinkan, misalkan dengan foto atau profil yang seakan-akan masih remaja.

Beragam Manfaat Kereta Dorong



Di awal kehidupan bayi dimana kelekatan benar-benar harus dibangun lewat sentuhan, dekapan, dan kata-kata lembut, frekuensi penggunaan stroller pastilah relatif minim. Irama langkah ibu ketika menggendong bayi malah dapat menenangkannya seperti ketika ia ikut ke sana kemari di dalam kandungan. Posisi menggendong juga memungkinkan bayi merasakan degup jantung dan embusan nafas orang yang mengasihinya. Kondisi inilah yang membuat bayi kecil merasa nyaman dan aman dalam gendongan.

Namun, memang tidak sedikit energi yang harus dikeluarkan untuk menggendong bayi selama berjam-jam, terutama saat bepergian. Karena itu, kereta dorong sangatlah membantu. Beban yang semula harus kita tanggung sepenuhnya dalam gendongan dapat dialihkan ke kereta dorong.

Banyak manfaatnya
Bila si kecil dalam kondisi lelah dan mengantuk selama bepergian, kereta dorong bisa dimanfaatkan sebagai tempat tidur sementara yang cukup nyaman. Dengan begitu orangtua jadi lebih leluasa beraktivitas.

Kalaupun si kecil memilih tetap digendong atau tak mau diletakkan berlama-lama dalam kereta dorongnya, kereta dorong bisa dimanfaatkan sebagai troli pengangkut pernak-pernik kebutuhan si kecil yang perlu dibawa selama bepergian.

Sebetulnya, manfaat stroller bukan hanya tertuju bagi orangtua karena si kecil pun memperoleh manfaatnya. Secara fisik si kecil tetap berada berdekatan dengan kita, sehingga ia tetap merasakan kehadiran kita.

Selagi berdiam di rumah, kita bisa memanfaatkan stroller sebagai tempat duduknya. Bahkan, beberapa model stroller dilengkapi mainan warna-warni yang bertekstur dan berbunyi, juga fasilitas buaian untuk menidurkan bayi dengan gerakan mengayun-ayun.

Di rumah, kereta dorong dapat difungsikan sebagai boks sementara, ketika kita harus melakukan sesuatu yang mendesak dan tak ada orang dewasa lain yang bisa dimintai tolong menjaganya. Jangan lupa katakan alasan kita, "Kamu di sini dulu ya Sayang, Bunda ke kamar mandi dulu sebentar." Tentu saja sabuk pengamannya harus betul-betul terpasang dengan baik dan stroller-nya diletakkan dalam jangkauan dan pengawasan kita.

Ketika bayi sudah bisa duduk dalam stroller-nya, ia akan sangat menikmati acara jalan-jalan berkeliling taman atau perumahan sambil melihat-lihat keadaan sekeliling.

Kalau si kecil sudah mendapat makanan pendamping ASI, stroller juga bisa difungsikan sebagai kursi makanannya. Dudukkan si kecil di situ, kencangkan seat belt-nya, fungsikan pengunci rodanya, dan mulailah menyuapinya.

Narasumber: Evi Sukmaningrum, MPsi, dari Unika Atma Jaya, Jakarta

Benarkah Stres Bikin Sulit Hamil?



Anda mendambakan kehadiran seorang anak, namun segala upaya Anda belum membuahkan hasil. Tak jarang perempuan menjadi stres memikirkan hal ini, yang -menurut keyakinan sebagian orang- justru makin menyulitkan kemungkinan hamil.

Benar enggak sih, memusingkan soal kehamilan bisa membuat Anda makin sulit hamil?

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Resolve, asosiasi infertilitas nasional di Amerika, 64 persen wanita salah mengartikan stres (yang bukan suatu kondisi medis) sebagai penyebab sulitnya terjadi pembuahan. Dalam kenyataannya, banyak dokter yang juga meyakini bahwa ada hubungan antara stres dan kesuburan, namun tidak ada studi ilmiah yang membuktikan bahwa kepikiran atau stres karena belum juga dikaruniai momongan dapat mengurangi peluang Anda hamil.

"Yang jelas, banyak perempuan di seluruh dunia yang juga berada di bawah tekanan hebat, tapi mereka masih bisa hamil, kok," ujar Shari Lusskin, MD, direktur bidang psikiatri reproduksi di New York University Langone Medical Center. "Tetapi kenapa wanita karier lain tidak bisa hamil? Kami tidak tahu apakah stres memang penyebabnya."

Jika memang tidak ada hubungan antara stres dan kesulitan hamil, mengapa fakta tersebut seringkali muncul? Bagaimana dengan wanita yang sulit hamil, dan penyebabnya karena situasi kerja wanita tersebut yang memang full of stress? Tidakkah hal ini saling berkaitan?

"Terlalu banyak stres emosional maupun fisik -misalnya terus mengkhawatirkan sesuatu atau berlatih keras untuk pertandingan- dapat menurunkan kadar progesteron Anda. Hal inilah yang dapat mengganggu ovulasi," jelas Sami David, MD, asisten profesor klinis di bidang obstetri dan ginekologi di Mount Sinai Hospital di New York City.

Namun penulis buku Making Babies: A Proven 3-Month Program for Maximum Fertility ini juga mengatakan, sulit mengambil kesimpulan yang sederhana dari keterkaitan itu.

Nasihat terbaik yang diberikan untuk Anda yang sedang menanti kehadiran anak, atau berharap bulan depan Anda mulai terlambat mens, tetaplah untuk rileks. Jangan biarkan kekhawatiran Anda karena usia yang tak lagi muda menenggelamkan hal-hal lain dalam hidup Anda yang lebih indah. Cobalah untuk lebih santai, namun lakukan hal ini terutama untuk kedamaian pikiran Anda.

Powered by Blogger