Kebiasaan Buruk yang Bikin Anak Susah Makan



Anak Anda perlu waktu berjam-jam untuk menghabiskan makanan? Nasi yang disiram kuah sup bikin cepat kenyang, padahal baru dua suap saja berhasil dilahap. Jangan langsung menyalahkan anak bila hal ini terjadi. Kebiasaan buruk orangtua menjadi penyebab kenapa anak tidak nafsu makan. Segera ubah cara Anda, bila Anda menyadarinya.

Rina Poerwadi, praktisi Holistic Aromatherapy, menyebutkan sejumlah hal yang berdampak pada pola makan anak:

Tidak ada jam makan
Tidak adanya kedisiplinan waktu makan, pagi, siang, sore, dan kudapan di sela makan utama membuat anak bisa makan kapan saja tanpa kontrol. Apa yang anak makan pun menjadi tak terarah. Ibu merasa tugasnya menyiapkan makanan di meja, dan membiarkan anak mengambil kapan saja. Dari kebiasaan ini, pola makan anak menjadi tak menentu.

Etiket kuno di meja makan
Sebagian keluarga mungkin masih menerapkan budaya konvensional, yaitu melarang anak bicara saat makan. Sebenarnya, kehangatan keluarga terbangun dari meja makan. Dengan berbincang di meja makan (bukan berarti mengunyah sambil bicara), ibu menjadi tahu makanan mana yang anak suka dan tidak suka. Suasana menyenangkan juga bisa tumbuh pada waktu makan, dan dari sinilah terbangun kebersamaan karena orangtua ikut makan dengan anaknya.

Komunikasi ibu – anak
Jika ibu menyuapi anak balita dengan pendekatan yang keliru, wajar jika anak menghindar saat waktu makan tiba. Misalkan, ibu menjerit saking kesalnya karena si anak tidak juga mau membuka mulutnya. Kebiasaan semacam ini membuat anak tak lagi menyenangi suasana makan, apalagi makanannya.

Perhatian ibu
Pembawaan ibu yang penuh perhatian saat menyiapkan makanan atau saat memasak memberikan nuansa tersendiri. Wajar juga lho, jika ibu memamerkan masakannya kepada anak. Ini penting untuk memberikan kesan, Anda peduli pada anak. Buktinya, Anda berusaha selalu memenuhi kebutuhannya dengan menyajikan makanan kesukaannya.

Peralatan makan yang terlalu tua
Peralatan makan yang bergaya orang dewasa memang memberi jarak pada anak. Tata rapi meja makan, dan siapkan perlengkapan makan berwarna-warni yang sesuai untuk anak. Tampilkan juga piring lauk semenarik mungkin, karena hal ini bisa memancing selera makan. Tak perlu membeli peralatan yang mahal, asal enak dilihat dan membuat keluarga betah makan di rumah.

Kakak dan Adik Kok Berantem Terus?



Salah satu ulah yang sering dilakukan anak-anak kita adalah bertengkar dengan saudara kandungnya sendiri. Ulah ini sudah pasti membuat kita pusing. Jalan keluar apa yang seharusnya kita pilih?

Menurut Dr Richard C. Woolfson, yang menulis buku Mengapa Anakku Begitu?, penyebab pertengkaran kakak-adik adalah rasa cemburu. Sebuah riset bahkan menguatkannya dengan mengatakan bahwa pertengkaran juga berkaitan dengan jarak usia kakak-adik yang terlalu dekat.

Hukuman yang tepat kita berikan kepada kedua anak kita adalah melarang menonton televisi, baik si adik maupun kakak. Bisa juga melarang keduanya untuk menikmati camilan yang kita simpan di dapur. Sebagai gantinya, mereka harus menyelesaikan tugas yang kita berikan. Misalnya, mengharuskan mereka merapikan mainan dan menaruhnya di tempat penyimpanan mainan secara bekerjasama.

Meskipun demikian, bukan berarti dalam setiap pertengkaran kita harus mengintervensi, sebab pertengkaran kecil bukanlah kapasitas kita untuk ikut campur. Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri dan saling meminta maaf. Jika tidak, konsekuensinya mereka tak bisa lagi bermain atau bercanda bersama. Bahkan, tak bisa saling berbagi apa yang mereka punya.

Jangan Biarkan Si Kecil Tidur Sambil Ngedot



Memang mengajak anak kecil untuk menyikat gigi itu tidak mudah. Terkadang mereka sudah sangat mengantuk, sehingga tertidur sebelum sempat menggosok gigi.

Anda sebagai orang tua mungkin merasa bingung dan kehabisan akal untuk mengajak si kecil menyikat gigi. Akhirnya karena kasihan, Anda pun membiarkan anak tidur tanpa membersihkan giginya lebih dulu.

Tindakan Anda ini tak boleh dibiarkan. Saat anak mulai mengenal makanan yang manis atau minum susu formula yang diberi gula, sejak itu pula gigi mereka mulai rusak.

''Kadang mungkin orang tua kasihan. Jadi anak dibiarkan tertidur dengan botol susu atau botol berisi minuman manis di mulutnya. Padahal cara ini salah,'' ungkap dr Enrita Dian, SpKGA, dari Klinik Ultimo Estetika, pada diskusi seputar kesehatan gigi ibu hamil dan balita, Rabu (10/2/2010) lalu.

Minuman atau makanan yang manis yang tertinggal di gigi semalaman akan membuat gigi jadi lebih rentan terserang bakteri. Bakteri dalam mulut yang asam akan mengendap lama di dalam mulut, dan menyerang gigi. Gigi jadi berlubang, menghitam, atau mudah keropos.

Selain itu kebiasaan untuk meniup makanan si kecil yang masih panas akan memindahkan kuman dari mulut Anda ke makanan. Begitu pula berganti perangkat makanan dengan orang dewasa yang memiliki penyakit gigi.

Tanda-tanda gigi anak yang mulai rusak adalah, gigi terlihat kehitaman (pada bagian depan) yang menunjukkan gigi mereka membusuk. Lalu bercak putih pada pangkal gigi yang lama-kelamaan akan membuat gigi tanggal atau copot dengan sendirinya. Titik kecil di gigi kelak akan membesar dan membuat gigi jadi berlubang.

''Penyakit gigi ini juga bisa dibarengi dengan sakit gigi karena gusi membengkak,'' tambahnya.

Enrina lalu menjelaskan sejumlah cara agar gigi si kecil tetap bersih:

1. Ambil kain kasa yang telah dibasahi dengan air matang. Lilitkan pada jari telunjuk (pastikan jari bersih dan kuku pendek). Kemudian gosok perlahan ke seluruh gigi si kecil.

2. Beri minum air putih untuk menetralisasi asam dalam mulut yang berpotensi untuk merusak gigi.

3. Minta si kecil untuk berkumur dengan air putih atau cairan pencuci mulut.

4. Sikat gigi bersama keluarga. Gunakan cara ini sebagai ritual sebelum tidur atau selesai makan. Dengan demikian akan terpatri pada diri anak kebiasaan untuk menyikat gigi.

Gunakan sikat gigi yang lembut dengan warna-warni atau sikat gigi karakter mainan favoritnya. Jangan memberikan pasta gigi terlalu banyak. Untuk anak usia di bawah 3 tahun, cukup berikan pasta gigi ber-flouride seukuran biji jagung. Untuk anak di atas 3 tahun, berikan pasta gigi sebesar kacang tanah.

Khasiat Tanaman Ajeran

Tanaman ajeran ini termasuk tanaman liar, jadi untuk mendapatkan tanaman ini sebagai bahan OBAT HERBAL sangat mudah. Tinggi pohon ini mencapai 150 cm, sangat kecil bukan? Jadi anda tidak usah memanjat tanaman ini, karena ukurannya yang memang mini.

Nama tanaman ini berbeda-beda di setiap daerah, berikut adalah namanya, sehingga memudahkan anda untuk mencarinya di daerah anda. NAMA DAERAH: ajeran, hareuga (Sunda), jaringan, ketul (Jawa). Nah namanya sudah tau, sekarang anda harus mengetahui apa fungsi dari tanaman ini. Saya browsing internet, ternyata kegunaan dari tanaman ini sangat banyak, berikut adalah penyakit yang bisa diobati denan ajeran :
1. Demam.
2. Pencernaan tidak baik.
3. Rematik (nyeri persendian).
4. Selesma.
5.Usus buntu.
6.Wasir.

Tentu kita tidak bisa sembarangan memakainya, ada takaran yang harus kita perhatikan dalam mengolah tanaman ajer sehingga bisa digunakan untuk menjadi obat.
Berikut adalah pemakaian dan pengolahannya untuk demam.

Ramuan:
Herba Ajeran (3 gram)
Babakan Pule (200 mg)
Daun Sembung (3 gram)
Daun Poko (2 gram)
Air (130 ml)

Cara pembuatan:
Dibuat infus atau diseduh.

Cara pemakaian:
Diminum 2 kali sehari, pagi dan sore, tiap kali minum 100 ml.

Lama pengobatan:
Diulang sampai sembuh.

Silahkan gunakan OBAT TRADISIONAL berbahan ajer untuk mengobati demam yang tidak kunjung sembuh.

Jangan Biarkan Anak Mencari Perhatian di Facebook


Facebook makin mudah diakses, termasuk dari ponsel.
Jumat, 19/2/2010 | 13:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa tak kenal Facebook? Situs jejaring sosial tersebut telah menarik minat 1.333.649 user di Indonesia pada 2009, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara pengguna Facebook nomor satu di Asia Tenggara, dan nomor tujuh di dunia. Pesona Facebook yang menyediakan sederet fitur yang memungkinkan penggunanya berinteraksi langsung seperti chatting, tagging foto, blogging, dan bermain games itu, mampu menarik rasa penasaran orangtua, remaja, hingga anak-anak.

Sari, misalnya. Gadis kecil, yang masih duduk di kelas VI SD ini, selalu menyempatkan diri membuka aplikasi Facebook melalui ponsel kakaknya. Sebelum berangkat sekolah, Sari tak mau ketinggalan meng-update status di Facebook.

Jika tak ada ponsel beraplikasi Facebook, atau komputer berakses internet di rumah, anak-anak seperti Sari selalu menyempatkan diri mengunjungi warung internet sepulang sekolah. Begitu pula Aida (10). Karena tak punya akses internet di rumahnya, hampir setiap hari Aida pergi ke warnet untuk melihat notifikasi pada Facebook-nya.

"Atau main Farmville. Abis makan, minta duit, main," ujar Aida yang ditemui Kompas.com pada Jumat (19/2/2010).

Boleh dibilang hampir setiap hari Sari dan kawan-kawannya berusaha terus terakses dengan situs pertemanan dunia maya tersebut. Jika demikian kondisinya, apa pengaruhnya pada kehidupan sosial anak?

Psikolog anak Universitas Indonesia, Mayke S. Tedjasaputra, saat dihubungi Kompas.com hari Kamis (18/2/2010) berpendapat, penggunaan Facebook oleh anak usia dini seperti usia sekolah dasar dapat memperkenalkan perilaku negatif tertentu kepada anak. Hal tersebut dikarenakan, menurut Mayke, dengan Facebook anak dapat melacak kemana pun, mengenal siapa pun yang tidak pernah mereka lihat rupanya atau ekspresinya. Sehingga, anak-anak mudah ditipu melalui Facebook.

"Mereka bisa berkenalan dengan seseorang yang memanfaatkan mereka, mengajarkan hal-hal yang mengagumkan sampai anak-anak terkesima, mengajarkan perilaku tertentu, hingga yang negatif, seperti ajakan berhubungan intim," katanya.

Apalagi sebagai anak, kata Mayke, Sari atau Aida belum dapat memilah kepada siapa harus berteman di Facebook, dan kepada siapa tidak harus berteman. "Semua kembali kepada komunikasi orangtua dan anak. Keluarga adalah perisai utama di rumah. Lingkungan bisa memberi pengaruh apa saja pada anak," paparnya.

Dikatakan Mayke, orangtua memang tidak dapat mencegah penggunaan Facebook oleh anak. Namun, lanjutnya, orangtua dapat memberikan perhatian lebih kepada anak-anaknya agar sang anak tidak mencari perhatian orang lain di dunia maya.

"Kalau orangtua tidak memberi perhatian kepada anaknya, anak bisa mencari perhatian dari dunia luar. Bisa saja terjadi seperti NT (Nova, remaja yang diduga lari dengan teman Facebook-nya) yang berkenalan dengan teman Facebook," imbuh Mayke.

Perhatian pada anak, serta komunikasi yang terlain lancar antara orangtua dan anak, dapat menjadi perisai utama menghadang terpaan dampak negatif Facebook pada anak.

Powered by Blogger